Masjid Al Hidayah Bedugul Bali, Saksi Harmonisasi Masyarakat Bali
Jika ada yang bertanya, apa yang membuat Pulau Bali menarik selain keindahan alamnya, maka jawabannya adalah keragaman budaya dan masyarakatnya. Keberagaman selalu menciptakan atmosfer unik di Pulau Dewata ini. Hampir di setiap sudutnya dipenuhi dengan warna-warni budaya dan interaksi antar masyarakat yang harmonis.
Salah satu manifestasi dari keberagaman ini dapat dilihat melalui berbagai unsur keagamaan yang tersebar di seluruh pulau, termasuk Masjid Al Hidayah di kawasan Bedugul. Masjid tersebut tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah, melainkan juga sebagai cermin yang menampilkan keselarasan antara eksistensi agama Islam dan keelokan alam Bali.
Uniknya, masjid yang satu ini berhadapan langsung dengan Pura Ulun Danu di Danau Beratan, tempat dimana umat Hindu beribadah. Alih-alih terjadi perpecahan, eksistensi dari masjid ini sudah menyatu dengan umat Hindu, sehingga menambah kesan betapa harmonisnya kehidupan masyarakat di sana.
Keadaan ini secara signifikan mengurangi potensi konflik dalam interaksi sosial, karena tingginya tingkat toleransi yang telah ditanamkan oleh kedua pihak.
Selain dijadikan sebagai tempat ibadah oleh umat muslim, masjid ini juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan madrasah dengan berbagai tingkat mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah hingga aliyah. Masjid ini juga sering dijadikan tempat untuk acara-acara keagamaan, seperti pengajian, tausiyah, dan pernikahan.
Disekitaran area masjid juga terdapat makam kuno yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai makam tokoh islam di masa lampau. Makam-makan ini tidak hanya dirawat dan dihormati oleh umat islam saja, melainkan masyarakat Hindu juga turut serta berpartisipasi untuk menjaganya.
Sejarah Masjid Al Hidayah
Masjid Besar al-Hidayah di Desa Candikuning memiliki sejarah panjang yang mencerminkan keragaman budaya dan toleransi agama di Bali. Awalnya dikenal sebagai Langgar Candikuning, masjid ini didirikan pada 1927 di atas lahan hasil.
Gagasan pembangunan langgar ini melibatkan pemuka agama setempat, termasuk mereka yang berasal dari umat Hindu. Awalnya bangunan ini terbilang cukup sederhana karena hanya memiliki ukuran sekitar 5×5 meter persegi.
Pada tahun 1948, karena pertumbuhan umat Islam di Desa Candikuning, langgar tersebut diubah menjadi masjid permanen melalui renovasi yang melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Perbaikan berlanjut pada tahun 1978 dan beberapa kali dilakukan untuk menampung jumlah jamaah yang terus bertambah.
Yayasan Sosial al-Hidayah kemudian dibentuk oleh tokoh muda desa untuk menggalang dana guna renovasi besar-besaran. Presiden Soeharto juga turut menyumbang, dan masjid ini akhirnya menjadi Masjid Besar al-Hidayah dengan peresmiannya oleh wakil gubernur Bali, Muljono.
Renovasi terakhir pada tahun 2009, dengan menambahkan empat soko guru dan dua menara, serta ornamen khas Bali pada berbagai sisi eksterior, memperkuat identitas masjid sebagai simbol kerukunan antar umat beragama dan keberagaman budaya di Bali.
Kemudian pada tahun 2016, Masjid Al-Hidayah Bedugul Bali mendapatkan peringkat dua tingkat nasional Masjid Paripurna (masjid percontohan) dari Kementerian Agama.
Lokasi dan Akses
Masjid Masjid Al Hidayah Bedugul Bali terletak di di Candi Kuning, Bedugul, Kec. Baturiti. Kab.Tabanan, Bali. Untuk mencapai masjid ini, wisatawan perlu menempuh jarak sekitar 54,1 KM dari Denpasar dengan estimasi waktu tempuh sekitar 1 jam 37 menit.
Bagi para wisatawan yang membawa kendaraan motor atau mobil, akses parkir kendaraan berada di area parkir bawah masjid, sedangkan untuk wisatawan yang menggunakan bis are parkirnya berada di pinggir danau.
Untuk mencapai wilayah masjid ini, wisatawan perlu melewati beberapa puluh anak tangga terlebih dahulu. Setelah itu, terdapat jalur dua arah yang mengarah ke tempat wudhu untuk wanita dan pria.
Di sepanjang tangga tersebut, terdapat banyak pedagang yang menawarkan berbagai oleh-oleh khas Bali, seperti sarung Bali, topi anyaman, dan produk lainnya. Selain itu, tersedia beragam makanan, termasuk buah-buahan segar dan keripik yang dihasilkan oleh masyarakat setempat.   Â
Saat wisatawan mencapai bagian atas bangunan masjid, mereka akan disuguhi oleh keindahan panorama Danau Beratan. Tenang saja, akan ada jasa foto yang akan membantu wisatawan untuk mengabadikan momen selama di sini dengan menawarkan latar masjid ataupun danau.
Fasilitas dan Arsitektur Masjid Al Hidayah
Masjid ini tergolong memiliki fasilitas yang cukup lengkap, termasuk area parkir yang luas, kamar mandi yang banyak, area wudhu, dan gazebo yang tersebar di sekitar kompleks masjid.Â
Bagian dalam masjid juga dilengkapi dengan sajadah yang empuk, ditambah adanya AC membuat ruangan menjadi lebih sejuk dan nyaman. Air yang disediakan masjid ini terbilang cukup dingin karena berasal dari sumber mata air pegunungan, jadi jangan kaget saat wudhu.
Selain fasilitasnya yang lengkap, Masjid Al Hidayah juga memikat hati wisatawan dengan arsitekturnya yang memesona. Terletak di ketinggian, masjid ini dirancang dengan gaya arsitektur yang menggabungkan nuansa Bali dan Timur Tengah.
Kubah berwarna putih bersanding dengan ornamen-ornamen khas Bali yang dipadukan dengan indah. Ditambah dengan menara masjid yang menjulang tinggi yang menjadi landmark kawasan bedugul menciptakan harmoni yang unik dan memanjakan mata.
Masjid Al Hidayah tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga destinasi wisata religius yang menarik. Wisatawan yang datang dapat menyaksikan secara langsung keindahan arsitektur masjid, merasakan ketenangan di dalamnya, dan bersilaturahmi dengan masyarakat sekitar.
Penting untuk dicatat bahwa masjid ini bukan hanya milik umat Muslim, tetapi milik bersama bagi semua orang yang menghargai keberagaman. Dengan begitu, Masjid Al Hidayah menjadi simbol keberagaman dan toleransi yang patut diapresiasi oleh seluruh Masyarakat.
Itu dia Informasi menarik seputar Masjid Al Hidayah Bedugul Bali. Tertarik untuk mengunjungi masjid yang menjadi simbol keberagaman ini? Segera hubungi Prima Bali Tour Services untuk mendapat insight dan informasi lebih banyak.