Prima Bali

Sejarah Kintamani Bali, Pesona Dataran Tinggi Bali

Sejarah Kintamani Bali, Pesona Dataran Tinggi Bali

Sejarah Kintamani Bali, Pesona Dataran Tinggi Bali

Sejarah Kintamani Bali – Bali tak hanya dikenal dengan bentang alam pantai dan lautnya saja. Ada pula wilayah dataran tinggi yang menawarkan kesejukan khas daerah pegunungan. Salah satunya adalah Kintamani, sebuah wilayah yang terletak pada ketinggian 1.200-1.900 meter di atas permukaan laut. Disana, kamu dapat melihat kombinasi panorama antara gunung batur dan danau batur yang mempesona. Ditambah lagi dengan kehadiran desa-desa wisata dengan berbagai kearifan lokal masyarakat di dalamnya yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Sebagaimana destinasi lainnya yang ada di Bali, Kintamani juga menyimpan berbagai kekayaan sejarah dan budaya yang kemudian berkembang menjadi kearifan lokal masyarakat setempat. Hidup di tengah kerukunan beragama, ternyata Kintamani merupakan desa dimana umat dari tiga agama berbeda yaitu Hindu, Islam dan Konfusius Cina hidup dengan penuh keharmonisan.

Terdapat beberapa versi cerita mengenai sejarah Kintamani Bali. Melalui artikel ini, Prima Bali akan mengajak kamu untuk menelusuri lebih jauh seluk beluk sejarah Kintamani dari berbagai versi.

Sejarah Kintamani Bali Menurut Beberapa Sumber

1. Menurut I Gede Pudja, MA, SH

I Gede Pudja, MA, SH berpendapat bahwa kisah tentang Kintamani terdapat dikitab Weda. Menurut catatan dalam buku tersebut, disebutkan bahwa Cintamani adalah seorang resi yang mengarang kitab Danur Weda, yang berfokus pada ilmu perang. Nama lengkapnya adalah Maha Rsi Wira Cintamani. Riwayat hidup Cintamani atau Kintamani ini dijelaskan secara mendalam dalam Buku Weda Pengantar Agama Hindu yang ditulis oleh I Gede Pudja, MA, SH.

2. Menurut Drs. Nyoman Singgih Wikarma

Seorang penggemar karya sastra, Drs. Nyoman Singgih Wikarman, terkenal karena minatnya pada sastra yang mencakup sejarah Kintamani, dan daerah kelahirannya. Nyoman berkeyakinan bahwa Kintamani, atau Cintamani, memiliki akar dalam bahasa Sansekerta yang merujuk kepada sesuatu yang mampu membawa kebahagiaan dalam segi fisik dan spiritual.

Cintamani juga membawa berkah spiritual dan kebebasan, sehingga tak heran jika Raja Singha Mandawa yang berkuasa saat itu mengizinkan seorang biksu untuk mendirikan tempat pertapaan di daerah tersebut. Tempat yang dimaksud adalah Bukit Cintamanimmal, dengan keyakinan bahwa siapapun yang menetap di sana akan mengalami kebahagiaan. Keyakinan ini telah terbukti karena hingga saat ini banyak pengunjung yang datang ke Kintamani merasa nyaman dan enggan untuk meninggalkan tempat ini.

3. Menurut Sukarto

Pada tahun 1980, seorang tokoh bernama Sukarto menyatakan pandangannya mengenai sejarah asal-usul nama Kintamani. Sukarto menjelaskan bahwa Cintamani berasal dari dua kata, yaitu “Cinta” dan “Mani.” “Cinta” diartikan sebagai asmara atau percintaan, sementara “Mani” merujuk pada manikam atau permata. Oleh karena itu, Cintamani bisa diinterpretasikan sebagai permata atau manikam yang memiliki daya tarik yang sangat kuat sehingga dicintai banyak orang. Seiring berjalannya waktu, kata Cintamani mengalami perubahan ejaan dan berubah menjadi Kintamani.

4. Dalam Lontar Wrahespati

Kisah menarik tentang Kintamani dapat ditemukan dalam Lontar Wrahespati sloka 65. Dalam teks sastra ini, istilah “Cintamani” merujuk pada “Asta Guna.” Lontar Wrahespati menjelaskan bahwa Asta Guna memiliki makna kemampuan untuk mencapai semua yang diinginkan. Dengan kata lain, Cintamani yang disebutkan dalam teks tersebut melambangkan kemampuan untuk mencapai apa pun yang diinginkan.

5. Bali 1912

Dalam sebuah buku yang berjudul “Bali 1912,” seorang dokter muda asal Jerman bernama Gregor Krause pernah menggambarkan keindahan Kintamani. Krause menganggap Bali sebagai tempat yang eksotis dan kaya akan keindahan alam yang luar biasa, serta memiliki pesona wanita setempat yang tak tertandingi. Buku ini ditulis oleh Krause selama kunjungannya ke Bali, dan ternyata tempat yang dimaksud dalam buku tersebut adalah Kintamani, sebuah daerah pegunungan yang hidup dalam kentalnya budaya dan adat Bali.

Tak hanya kaya akan Sejarah, Kintamani juga menawarkan beragam objek wisata yang bisa kamu kunjungi mulai dari pegunungan, danau, hingga pemandian air panas. Saat terbaik untuk menikmati pemandangan pegunungan di wilayah Kintamani adalah selama matahari terbit. Pada saat ini, kabut tipis biasanya mulai menyelimuti daerah pedesaan di bagian bawah gunung Batur. Kemudian menciptakan latar belakang yang memukau, dengan sinar matahari terbit yang bersinar di baliknya. Saat matahari muncul di desa Pinggan Kintamani, biasanya dimulai sekitar pukul 06:00 pagi.

Oleh karena itu, disarankan agar kamu telah tiba di lokasi sekitar pukul 05:30 pagi. Saat kamu berada di lokasi yang menawarkan pemandangan kabut desa Pinggan, suhu udaranya akan turun hingga sekitar 16 hingga 18 derajat Celsius, sehingga dapat dikategorikan sebagai suhu yang sangat dingin. Agar kamu dapat menikmati pemandangan dengan jelas, disarankan untuk mengunjungi Kintamani di luar musim hujan. Bulan yang paling ideal untuk mengamati keindahan kabut di desa Pinggan Kintamani adalah sekitar bulan September hingga November.

Alangkah baiknya sebelum pergi ke Kintamani kamu sudah menyiapkan rencana perjalanan dan perlengakapannya dengan cermat agar liburanmu tetap berkesan dan menyenangkan. Tertarik untuk mengunjungi Kintamani yang kaya akan sejarah dan memiliki beragam panorama yang elok? Segera hubungi Prima Bali Tour Services untuk mendapat insight dan informasi lebih banyak.