Prima Bali

logo prima bali
Lets Call Us

082146395459

Location

Bali, Indonesia

Mengulik Aksara Bali Jawa sebagai Warisan Budaya

Mengulik Aksara Bali dan Jawa sebagai Warisan Budaya

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan bahasa. Salah satu kekayaan budaya yang menjadi ciri khas adalah penggunaan aksara tradisional, seperti aksara Bali dan aksara Jawa. Dua sistem penulisan ini memiliki sejarah panjang dan memegang peranan penting dalam melestarikan identitas budaya masyarakat Bali dan Jawa. 

Melalui artikel ini, Prima Bali akan merangkum informasi seputar aksara Bali dan aksara Jawa serta bagaimana kedua sistem penulisan ini memainkan peran penting dalam membentuk sejarah dan kebudayaan Nusantara.

Aksara Bali

Foto: Aksara Bali (kompas.com)

Aksara Bali, juga dikenal sebagai aksara Hanacaraka, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan pengaruh dari aksara di India. Penggunaan aksara Bali di Provinsi Bali telah diwajibkan untuk digunakan di kantor pemerintahan dan swasta di Provinsi Bali sejak Oktober 2018, sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali. Aksara ini awalnya dibawa ke Nusantara oleh orang India yang menganut agama Hindu melalui perluasan koloni, perdagangan, agama, dan kebudayaan. Seiring berjalannya waktu, aksara ini mengalami transformasi menjadi aksara Kawi, yang kemudian berkembang menjadi aksara Bali dan aksara Jawa.

Dalam kehidupan sehari-hari, aksara Bali digunakan untuk menulis bahasa Bali dan rerajahan terkait upacara keagamaan dan kekuatan magis. Fungsinya dibagi menjadi aksara Biasa dan aksara Suci, yang pertama digunakan dalam aktivitas sehari-hari, sementara yang terakhir digunakan untuk keagamaan. Jenis aksara termasuk Aksara Wreastra, Aksara Swalelita, Aksara Wijaksara, dan Aksara Modre, masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Upaya pelestarian aksara Bali melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat, untuk memastikan keberlanjutan dan relevansinya di era modern.

Aksara Jawa

Foto: Aksara Jawa (bisnis.com)

Aksara Jawa, atau Carakan, digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan dikenal sebagai Hanacaraka. Merupakan warisan budaya masyarakat Jawa, aksara Jawa kini menjadi muatan lokal Bahasa Daerah di beberapa provinsi di Jawa. Sejarahnya menunjukkan pengaruh dari aksara Brahmi di India, yang berkembang menjadi aksara Pallawa, lalu menjadi aksara Kawi atau aksara Jawa Kuno, menjadi cikal bakal aksara Jawa yang digunakan saat ini. Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf, ditulis dari kiri ke kanan tanpa spasi, dan bersifat silabik, di mana huruf konsonan dan vokal menyatu membentuk suku kata.

Dalam penggunaannya, aksara Jawa memiliki pasangan untuk mematikan aksara yang diiringinya, dan juga memiliki sandangan atau tanda diakritik seperti wulu, taling, pepet, suku, dan taling tarung yang mengubah bunyi vokal. Terdapat pula sandangan sigeg seperti wignyan, layar, dan cecak yang mengubah bunyi aksara menjadi konsonan. Sandangan anuswara, seperti péngkal, cakra, dan gembung, digunakan untuk memberikan peluluhan bunyi konsonan. Sandangan pangkon, khusus untuk mengakhiri kalimat, juga digunakan untuk menghindari penulisan bertumpuk dua tingkat di akhir kalimat. Ini adalah aspek penting dalam sistem aksara Jawa yang menunjukkan keunikan dan kompleksitasnya dalam merepresentasikan bahasa Jawa.

Perbedaan Aksara Bali dan Aksara Jawa

Meskipun kedua aksara tersebut sama-sama berfungsi sebagai sistem penulisan, namun terdapat perbedaan signifikan di antara keduanya.

Aksara Jawa dasarnya terdiri dari 20 huruf, yaitu Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga. Perbedaan mencolok terletak pada cara pelafalan “dha” dan “tha” di mana dalam aksara Jawa, keduanya dilafalkan sebagai “da” dan “ta”.

Sementara itu, aksara Bali memiliki komposisi yang lebih kompleks, terdiri dari 47 aksara dengan rincian 14 aksara suara dan 33 aksara konsonan. Aksara Wianjana, yang biasanya digunakan, mencakup 18 aksara seperti Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Ja Ya Nya Ma Ga Ba Nga. Perbedaan jumlah dan karakteristik huruf antara aksara Bali dan aksara Jawa menciptakan identitas unik dalam kedua sistem penulisan ini.

Peran Penting dalam Melestarikan Identitas Budaya

Kedua sistem penulisan ini, aksara Bali dan aksara Jawa, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan identitas budaya setiap komunitas. Dalam era globalisasi ini, saat pengaruh budaya luar semakin masuk, penggunaan aksara tradisional menjadi semacam penanda keunikan dan kekayaan lokal.

Baca juga Ini Dia Tempat Wisata Religi di Bali yang Menjadi Bukti Kerukunan Beragama

Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga budaya telah berupaya untuk mempromosikan dan melestarikan aksara Bali dan aksara Jawa. Program-program pendidikan dan kesenian didirikan untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki pemahaman yang baik tentang sistem penulisan ini. Langkah-langkah ini penting untuk melindungi warisan budaya dan mencegah hilangnya kearifan lokal.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meskipun upaya pelestarian telah dilakukan, kedua aksara ini menghadapi tantangan di era modern. Teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran besar dalam pergeseran preferensi penulisan, dengan banyak orang beralih ke alfabet Latin dan media digital. Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi aksara Bali dan aksara Jawa adalah memastikan relevansinya di tengah perubahan ini.

Namun, harapan masih ada. Banyak individu dan kelompok yang berkomitmen untuk melestarikan aksara Bali dan aksara Jawa. Inisiatif digital, seperti aplikasi penulisan aksara dan situs web pendidikan, telah muncul untuk mempermudah pembelajaran dan penggunaan aksara tradisional. Melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat, dapat diharapkan bahwa aksara tersebut akan tetap hidup dan berkembang untuk generasi-generasi yang akan datang.

Aksara Bali dan Jawa bukan sekadar sistem penulisan, mereka adalah warisan budaya yang memuat cerita perjalanan masyarakat Bali dan Jawa. Dengan menjaga dan memahami pentingnya kedua aksara ini, kita dapat lebih memahami akar budaya yang mendalam di Nusantara. Bersama dalam melestarikan dan mempromosikan aksara Bali dan aksara Jawa, kita turut menjaga kekayaan warisan budaya Indonesia untuk masa depan.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kedua aksara tersebut?  Segera hubungi Prima Bali Tour Services untuk mendapat insight dan informasi lebih banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *