Tempat Wisata Religi di Bali yang Menjadi Bukti Kerukunan Beragama
Keberagaman sudah menjadi ciri khas di indonesia, tidak terkecuali di pulau dewata bali. Di tengah pesona alam yang memukau, Bali menyajikan keberagaman tempat suci yang menggambarkan toleransi dan keseimbangan antar agama.
Tempat-tempat wisata religi di Bali seperti Masjid Al Hidayah Bedugul, Puja Mandala Bhakti, Brahma Vihara Arama, Tirta Empul, dan Pura Ulun Danu Beratan menjadi perwakilan indah dari harmoni keberagaman agama di Bali. Dari masjid hingga pura, klenteng, dan candi, setiap tempat ini menunjukkan betapa damainya keberagaman di tengah masyarakat Bali.
Banyaknya keberagaman ini tidak serta merta membuat pulau bali menjadi pulau yang penuh dengan konflik. Sebaliknya, Bali mampu menjaga keberagaman sebagai aset berharga yang memperkaya budaya dan kehidupan sehari-hari. Selain itu keberagaman ini juga menjadi objek wisata yang memikat bagi wisatawan yang mencari pengalaman spiritual dan budaya yang unik.
Berikut beberapa tempat-tempat religi menjadi bukti keberagaman di pulau Bali yang harus kalian kunjungi!!
Masjid Al Hidayah Bedugul
Masjid Besar Al-Hidayah Bedugul adalah masjid yang indah dan wajib dikunjungi oleh wisatawan Muslim yang berkunjung ke Bali. Rumah ibadah ini berada di bawah pengelolaan Yayasan Sosial Al-Hidayah Bedugul dan Nadzir Wakaf.
Masjid ini mencerminkan harmoni antara komunitas Muslim yang merupakan minoritas dengan mayoritas Hindu di pulau itu. Berdiri sejak tahun 1927, masjid ini awalnya bernama Langgar Candikuning dan diinisiasi oleh para leluhur dari kedua komunitas agama. Lokasinya yang berdekatan dengan Pura Ulun Danu Beratan menunjukkan tingginya toleransi antarumat beragama di Bali.
Renovasi masjid dilakukan pada tahun 1948 karena pertumbuhan komunitas Muslim yang terus berkembang. Selama beberapa dekade, masjid ini mengalami pemugaran dan perluasan beberapa kali, menunjukkan peran penting dalam melayani kebutuhan umat Islam setempat.
Dalam prosesnya, terlihat kerjasama antara umat Islam dan Hindu dalam pembangunan dan ornamen-ornamen khas Bali yang memperindah masjid.
Tidak hanya menjadi tempat ibadah, Masjid Besar al-Hidayah juga menjadi pusat pendidikan Islam dan sarana berbagai kegiatan sosial. Pada 2009, masjid ini menjalani renovasi besar-besaran dengan dukungan masyarakat setempat, termasuk sumbangan dari Presiden Soeharto.
Renovasi tersebut melibatkan kolaborasi antara pengrajin Hindu yang membuat ornamen khas Bali dan umat Islam yang menambahkan sentuhan khat Arab. Terletak di Desa Candikuning, masjid ini menjadi simbol toleransi dan kebersamaan di tengah keberagaman agama di Bali.
Selain wisata religi di sini, kamu juga bisa sekaligus menikmati pemandangan indah puncak dan Danau Beratan dari atas Masjid. Memasuki ke Masjid Al-Hidayah Bedugul ini tidak dikenakan biaya apapun.
Puja Mandala Bhakti
Puja Mandala di Nusa Dua, Bali, menonjol sebagai tempat unik di mana lima agama berbeda memiliki tempat ibadahnya sendiri. Terletak di kawasan pariwisata Nusa Dua, tempat ini menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Bali.
Dalam kompleks ini, terdapat Masjid Agung Ibnu Batutah, Pura Jagatnatha, Vihara Buddha Guna, Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua, dan Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa.
Keberadaan Puja Mandala bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi destinasi wisata rohani yang menarik. Ini menunjukkan toleransi dan kebersamaan di tengah keberagaman agama di Bali. Lokasi strategis Puja Mandala di Nusa Dua memudahkan akses bagi wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini.
Berdekatan dengan kawasan hotel dan resort mewah ITDC Nusa Dua, tempat ini menjadi destinasi yang mudah dijangkau dari berbagai objek wisata di Bali Selatan. Selain berfungsi sebagai tempat peribadatan, Puja Mandala juga menjadi destinasi wisata yang diminati, menawarkan pengalaman unik melihat harmoni lima agama berbeda dalam satu kompleks.
Sejarah berdirinya Puja Mandala bermula dari kebutuhan akan tempat ibadah bagi umat Muslim di kawasan Nusa Dua. Meskipun mengalami kendala regulasi, namun dengan dukungan dari pemerintah, tempat ibadah ini berhasil dibangun dan diresmikan pada tahun 1997.
Sejak itu, Puja Mandala tidak hanya menjadi simbol kerukunan beragama, tetapi juga destinasi wisata rohani yang menarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman keberagaman agama di Bali.
Brahma Vihara Arama
Brahma Vihara Arama, juga dikenal sebagai Vihara Buddha Banjar, bukan hanya tempat ibadah umat Buddha di Bali, tetapi juga menjadi daya tarik wisata religi.
Terletak di Desa Banjar, vihara ini menarik banyak pengunjung setiap hari, termasuk turis asing yang penasaran dengan keunikan rumah ibadah ini. Arsitektur bangunannya yang unik memadukan elemen Hindu dan menyerupai candi Borobudur memberikan pengalaman yang menarik bagi para wisatawan.
Selain arsitektur yang mencirikan perpaduan antara Budha dan Hindu, Brahma Vihara Arama juga menawarkan pemandangan alam yang indah. Berlokasi di ketinggian 300 mdpl, vihara ini memanjakan pengunjung dengan panorama perbukitan, sawah, dan perkebunan.
Pemandangan pantai dengan air laut biru dan ombak tinggi juga menjadi daya tarik tersendiri. Area ini sering dimanfaatkan wisatawan untuk berfoto, terutama dengan latar belakang taman dan patung yang tersebar di sekitar vihara.
Dengan fasilitas umum yang memadai, seperti area parkir yang luas, toilet, dan tempat penyewaan kamen, Vihara ini menawarkan pengalaman wisata religi yang menyeluruh di Bali. Vihara terbesar di pulau ini menjadi destinasi menarik bagi mereka yang mencari kedamaian spiritual sambil menikmati keindahan alam Bali yang memesona.
Brahma Vihara Arama buka mulai 08.00 WITA-18.00 WITA. Untuk masuk ke Brahma Vihara Arama, wisatawan dikenakan biaya masuk Rp20.000 per orang.
Tirta Empul
Pura Tirta Empul, yang berarti “mata air suci yang timbul dari tanah,” merupakan destinasi spiritual dengan daya tarik luar biasa di Bali.
Awalnya digunakan hanya untuk keperluan suci, pura ini berkembang menjadi tempat wisata yang menggabungkan sejarah Hindu yang kaya dan keunikan alam sekitarnya. Terletak di Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar, pura ini memiliki akses yang relatif mudah dari pusat kota Denpasar dan Bandara Ngurah Rai.
Ditemukan pada tahun 926 Masehi, Pura Tirta Empul memiliki sejarah panjang yang tercermin dalam Prasasti Manukaya dan kitab karya Dang Hyang Nirartha. Menurut cerita, Dewa Indra menciptakan mata air suci ini untuk menyembuhkan pasukannya yang terluka dalam pertempuran melawan Raja Mayadenawa. Hingga kini, air suci tersebut diyakini memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.
Pura Tirta Empul menawarkan pengalaman unik dengan dua kolam besar dan 26 pancuran air suci di dalamnya. Pengunjung dapat melibatkan diri dalam prosesi penyucian atau melukat, dengan setiap pancuran memiliki fungsi dan nama yang berbeda.
Area pura juga menyuguhkan keindahan alam, taman yang terawat, dan arsitektur khas Bali. Tiket masuk seharga Rp15.000 sudah termasuk dalam pengalaman melukat di Pura Tirta Empul yang sakral.
Pura Ulun Danu Beratan
Bedugul, sebuah kawasan dataran tinggi di utara Kabupaten Tabanan, menjadi magnet pariwisata utama di Bali. Terkenal dengan udaranya yang sejuk, teras sawah yang memukau, dan tiga danau besar: Beratan, Buyan, dan Tamblingan.
Kehadiran danau-danau ini memiliki signifikansi spiritual dalam ajaran Hindu Bali, menciptakan tempat suci khusus yang disebut Pura Ulun Danu. Di antara tiga pura tersebut, Pura Ulun Danu Beratan dianggap paling penting dan memiliki sejarah panjang.
Secara harfiah, “pura ulun danu” mengartikan pura di atas danau, menjadi tempat persembahyangan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan dewa pemelihara danau. Pura ini memuja Dewa Kemakmuran dan Dewi Laksmi, yang dianggap bersemayam di Danau Beratan.
Selain berfungsi sebagai tempat pemujaan, Pura Ulun Danu juga memiliki peran vital dalam menyediakan sumber air untuk irigasi pertanian, mendapatkan status sebagai Pura Kahyangan Jagat.
Pura ini memikat wisatawan dengan bangunan suci yang unik, seperti Palebahan Pura Tengahing Segara dan Palebahan Pelinggih Lingga Petak/Ulun Danu yang menjorok ke tengah danau. Keberadaan dan posisi unik ini menambah nilai spiritual dan estetika kompleks pura.
Tak hanya menjadi tempat peribadatan, Pura ini juga menjadi daya tarik pariwisata Bedugul. Terutama dengan keindahan Pelinggih Telengin Segara dan Pelinggih Lingga Ulun Danu yang menakjubkan.
Pemandangan yang sejuk menjadikan tempat ini diminati oleh wisatawan mancanegara dan domestik. Untuk merasakan keajaiban alam ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp20.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak-anak
Jadi, dengan menelusuri tempat-tempat religius ini, kalian tidak hanya akan memperkaya pengetahuan tentang kepercayaan setempat, tetapi juga merasakan kehadiran spiritual yang memberi ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Bali, sebagai pulau yang menyatukan berbagai keyakinan, memberikan pesan kuat tentang pentingnya hidup bersama dalam keberagaman dan rasa hormat satu sama lain.